Friday, February 24, 2017

Jogja - Bali Via Darat dan Laut

Tanah Lot, Bali

PERJALANAN JOGJA - BALI DENGAN KERETA API EKONOMI
Pagi itu menjadi pagi terakhir di Jogjakarta setelah setahun lebih kami tinggal di sana. Pagi itu juga menjadi pengalaman pertama saya dan suami yang akan mengunjungi Pulau Dewata melalui jalur darat. Kami sudah membeli tiket kereta api ekonomi dari Stasiun Lempuyangan ke Banyuwangi Baru dengan Kereta Sri Tanjung yang berangkat pukul 07.15 pagi. Kereta api Sri Tanjung hanya ada satu kali jadwal perjalanan dalam sehari. Oleh karena itu, jika kalian ingin pergi ke Bali menggunakan kereta api, kalian harus transit di Jogja dulu lalu membeli tiket lagi dari Jogja ke Banyuwangi. Tiketnya bisa kalian beli langsung ke stasiun atau lewat online https://tiket.kereta-api.co.id dan juga bisa beli di Indomaret terdekat. Saya lupa harga tiketnya, tapi baru saja saya cek di website Kereta Api harganya Rp 94.000. Perjalanan kami ini dalam rangka liburan setelah menikah dan juga memang tiket pesawat yang kami beli ke Lima dari Denpasar. 

Setelah 14 jam perjalanan, sampailah kami di Stasiun Banyuwangi Baru pukul 21:15 malam. Barang bawaan kami sangat banyak, ada 1 buah koper besar, tas besar dan 2 ransel besar dan 1 buah gitar. Maklumlah, ini adalah bagian dari perjalanan mudik suami ke Peru :). Sebagian barang-barang selama setahun tinggal di Jogja yang bisa dibawa beserta oleh-oleh untuk keluarga di Peru. Niat untuk menghemat ongkos ala backpacker, tapi malah jadi repot. Kami istirahat sebentar di warung yang letaknya ada di pintu keluar stasiun. Warung ini terlihat sangat indah dengan dekorasi dari bambu. Makanan yang dijual di sini juga sepertinya sudah disesuaikan dengan wisatawan mancanegara yang sering singgah di sini. Sambil menikmati nasi goreng kami berbincang dengan pelayan atau sepertinya lebih terlihat sebagai pemilik di warung tersebut. Kami bertanya tentang penginapan di sekitar stasiun. Lalu, beliau merekomendasikan penginapan yang ada di seberang warung itu. Kami merasa sangat lelah dan sudah terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan dengan banyak sekali barang-barang. Penginapannya sangat murah hanya Rp 75.000/malam. Harga memang membawa rupa, penginapannya tidak terlalu bersih, kamar mandi di luar dan banyak nyamuk. Tapi, kami rasa cukup untuk istirahat malam ini dan meletakkan barang-barang kami. 

TUKANG PIJAT RESE DI KAPAL FERI
Hari berikutnya kami melanjutkan perjalanan ke Bali menggunakan kapal feri dengan harga Rp 7.500/orang. Pengalaman pertama naik kapal feri cukup menegangkan dan menyenangkan. Kami menyeberang selama 60-90 menit. Di dalam kapal feri ini juga nyaman dan bersih. Ada satu hal yang membuat kami merasa terganggu dengan adanya orang yang tiba-tiba duduk di dekat kami dan mencoba menawarkan jasa pijat. Kami sudah menolak, lalu orang tersebut memaksa ingin memijat dengan dalih gratis. Saya pribadi tidak percaya karena orang tersebut terlihat memaksa, kalau tidak ada tujuannya pasti tidak akan ada pemaksaan. Saya merasa terganggu dengan situasi ini, apalagi suami saya yang wajahnya sangat terlihat bule, jadi sasaran empuk olehnya. Saya hanya takut ini bagian dari praktek hipnotis. Karena dia terus berusaha memaksa, akhirnya kami membiarkan orang tersebut melakukan proses pemijatan tapi saya tetap tidak mau dan hanya suami saya saja yang dipijat. Selama proses pemijatan tersebut, saya tidak berhenti berdoa dan terus menperhatikan gerak-gerik orang itu. Saya sempat melirik dan melihat orang itu memberikan kode kepada temannya dengan menunjuk matanya ke arah saya.Saya melihat orang itu dengan muka saya yang sangat kesal dan akhirnya orang itu pergi karena ketahuan. Setelah beberapa waktu, orang yang sedang memijat suami saya, terlihat sudah selesai memijat. Lalu orang tersebut seperti memberi kode untuk meminta bayaran kepada kami. Kami protes karena awalnya dia bilang tidak akan meminta bayaran. Untuk menghargai kerja mereka akhirnya kami tanya berapa yang harus kami bayar. Kemudian orang tersebut mengatakan berapapun terserah kami. Dan kami memberikan uang Rp 15.000 dan orang tersebut menolak. 

Sekarang saya semakin yakin, kalau orang ini memeras kami. Ketika kami protes, orang itu malah berbicara kasar dan mengancam kami bahwa ada kamera di kapal ini. Sesaat kami takut karena kami pikir mereka akan melaporkan kami. Bisa saja orang tersebut akan memberi keterangan yang tidak benar. Akhirnya kami memberikan uang lebih, mungkin sekitar Rp 10.000 lagi, karena saya lupa berapa.

Saya tidak tahu apakah ini terjadi pada kalian yang sudah pernah naik kapal feri ke Bali atau hanya karena saya pergi dengan bule, jadi mereka pikir ini sasaran empuk mereka. Tapi saya tahu, pasti semua ini sudah terkoordinasi dengan baik dan praktek ini pasti sudah lama terjadi. Lebih baik hati-hati ya teman-teman. Tolak saja kalau memang tidak mau dipijat.

Setelah peristiwa ini, kami tidak bisa meninggalkan barang-barang kami, Sebenarnya saya ingin sekali menikmati pemandangan di tengah-tengah laut dari beranda kapal feri. Untungnya, kami duduk di depan jadi bisa melihat walaupun dari jendela. 

PERJALANAN DARI GILIMANUK NAIK BUS
Sesampainya kami di Pelabuhan Gilimanuk, kami melanjutkan perjalanan menuju Nusa Dua (tempat tinggal teman kami). Kami mencari bus yang pergi menuju Kuta. Kami bingung karena terlalu banyak hal buruk di perjalanan. Kami tidak tahu harus naik bus dari dalam pelabuhan atau tidak. Banyak calo yang menawarkan bus ke Kuta. Masalahnya kami tidak tahu harganya berapa dan apakah mereka benar atau tidak. Kami memutuskan untuk menunggu bus di luar pelabuhan dengan membawa barang-barang kami. Ada sebuah halte di luar pelabuhan dengan banyak orang dan polisi. Kami menunggu bus di sana. Kami melihat orang-orang pergi naik bus tapi saat itu teman kami belum memberikan alamat dan dengan bus apa kami harus naik. 

Entah mengapa, polisi di halte ini seperti tidak mau membantu kami dan membiarkan kami dalam kebingungan. Tiba-tiba datanglah seorang kondektur menawarkan busnya dan mengatakan kalau bus itu akan pergi ke Kuta dan kami naik bus tersebut. Di dalam bus itu, ada seorang laki-laki berbadan besar dengan banyak tattoo menghampiri kami dan memaksa kami membayar. Saya pikir tempat duduk di bus itu bebas untuk saya pilih dan laki-laki itu marah-marah pada kami dengan memaksa meminta bayaran sebesar Rp 70.000/orang. Saya melihat di beberapa blog di internet harganya tidak semahal itu. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya kami memberi uang itu kepada laki-laki bertattoo. Dalam perjalanan, kami melihat di depan kaca bus ada tulisan Jember-Kuta. Artinya, saya membayar harga tiket Jember-Kuta. Di situ saya merasa sangat tertipu dan saya lihat ke belakang ternyata laki-laki itu sudah tidak ada. Pasti, laki-laki tersebut adalah preman.

Kami merasa sangat lelah. Tidak hanya lelah badan kami tapi juga pikiran dan hati kami. Perjalanan ini sangat menakjubkan. Saya berharap, masalahnya akan cukup sampai di sini. 

Perjalanan menuju ke Kuta akan berlangsung selama 4-5 jam perjalanan. Selama perjalanan, kami merasakan atmosfir Pulau Dewata yang sangat kuat. Pagar rumah-rumah memiliki arsitektur Bali yang khas. Saya juga melihat banyak sekali pura-pura di pinggir jalan. Alam Bali memang sangat indah, oleh karena itu banyak turis lokal dan mancanegara yang datang ke pulau ini dan menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Perjalanan saya juga melewati pantai-pantai yang indah dan pohon-pohon rindang yang menyegarkan mata saya. jalan yang naik turun dan berkelok menambah kesan unik untuk saya dan membuat saya semakin penasaran mengeksplor Bali.

HATI-HATI CALO DI TERMINAL UBUNG
Selama di perjalanan, saya mencari blog-blog dan membaca artikel tentang perjalanan lewat darat ke Bali. Saya menemukan sebuah artikel yang menceritakan tentang calo yang ada di Terminal Ubung. Tiba-tiba bus yang saya naiki berhenti di Terminal Ubung. Saya pikir hanya transit untuk mengambil dan menurunkan penumpang. Kenyataannya, ada banyak orang yang naik ke bus saya memaksa orang-orang untuk turun di Terminal Ubung termasuk kondektur dan supir yang memaksa kami. Jadi, benar yang saya baca di blog tentang ini. Saya bingung, saya naik bus Jember-Kuta berarti pemberhentian terakhir adalah Kuta. Saya bilang ke suami saya dan kami tidak mau turun. Lalu, ada seorang Ibu yang tanya kepada supir tersebut apakah memang harus turun. Dan saya melihat supir tersebut memberi kode kepada Ibu itu untuk tidak turun. Mereka semua seperti bersekongkol untuk kami turun di Terminal Ubung. Mereka semua memaksa kami seperti kejadian tukang pijat di kapal feri tadi. Akhirnya, kami terpaksa turun, dan kami lupa bahwa gitar kami masih di bus, lalu seorang Bapak mengejar bus dan mengambil gitar kami. 

Di terminal ini kami bersiap-siap akan ada banyak calo yang datang. Kami mencoba menghubungi teman kami yang tinggal di Nusa Dua. Teman kami memberikan rekomendasi untuk kami naik bus Sarbagita. Bus ini seperti bus Trans Jakarta dan Trans Jogja. Saya coba menanyakan kepada petugas terminal, dimana kami bisa naik bus ini. Dan petugas itu memberitahu bahwa sudah tidak ada lagi bus di jam ini. Padahal teman kami bilang sampai jam 9.00 masih beroperasi dan saat itu masih sekitar jam 8.00 malam. Entahlah, saya mulai menyerah, uang tunai sudah habis di dompet. Mau pergi ke ATM juga kami takut. Lalu kami memutuskan untuk ikut calo naik mobil travel dan harus berpatungan dengan penumpang lain. Kami menawar harga Rp 170.000 dari harga Rp 250.000 dan diantar sampai ke alamat teman kami di Nusa Dua. Kami berhenti sebentar ke ATM mengambil uang untuk membayar mobil tersebut. Sekitar jam 12:00 malam kami sampai di rumah tempat teman kami tinggal dan akhirnya kami bisa istirahat dengan tenang.

PENGELUARAN  PER ORANG
Tiket kereta Jogja-Banyuwangi    : 94.000
Penginapan                                   :  37.500 (1 kamar harga Rp 75.000, bisa sharing sama teman)
Tiket kapal feri                             :    7.500
Tiket bus Gilimanuk-Ubung        :   70.000
Mobil Ubung-Nusa Dua               :   85.000 (2 orang Rp 170.000 karena kena calo)
Lain-lain                                       :  100.000 (makan, minum, dll)
Total                                              : 394.000

Pengeluaran ini bisa ditekan lagi budgetnya kalau kalian tidak menginap, bawa makanan dan minuman sendiri dan tidak kena banyak calo. Total perjalanan 2 hari. Lebih hemat dibanding naik pesawat tapi tidak menghemat waktu. So, kalian bisa tahu lewat jalur mana kalian akan pilih.

KESAN-KESAN KE BALI VIA DARAT
Menurut saya  perjalanan via darat sangat memacu adrenalin. Bisa jadi pengalaman saya ini, tidak sama dengan pengalaman kalian. Saya sarankan, tidak perlu membawa barang banyak dan simpan uang di tempat yang aman. Selalu berhati-hati dengan orang-orang di sekitar. Mungkin karena di Bali banyak wisatawan jadi oknum di sana memanfaatkan momen-momen ini untuk mencari uang dengan cara apapun dan memang bukan hanya di Bali saja, hampir di semua tempat wisata seperti itu. Kalau kalian terpaksa berhenti di Terminal Ubung, tawarlah harga sewa mobil di sana atau naik bus Sarbagita (saat itu masih ada bus ini, sekarang kurang tahu apa masih beroperasi atau tidak) saja yang lebih murah. Saya bertemu 2 kali dengan polisi selama di perjalanan. Satu kali ada di dalam Pelabuhan Gilimanuk dan beliau sangat membantu. Satu lagi ada di luar pelabuhan dan terkesan cuek. Mungkin memang karakter mereka berbeda. 

Perjalanan via darat, laut dan udara memiliki resiko dan kesan yang berbeda-beda. Yang paling penting adalah bagaimana kalian menikmati setiap perjalanan dan belajar dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan. Untuk saya, pengalaman dalam perjalanan kali ini pasti tidak akan pernah saya lupakan.

Over all, It´s okay! Although, looks very incredible but It felt like a challenge. Let´s enjoy the travel guys!


Share:

11 comments:

  1. Hai kak. Thank you untuk tulisannya. *Saya deg2an bacanya��. Saya lagi coba-coba perjalanan dari Bali ke jogja lewat darat. Nemu nih tulisan kakak. Cuman aku mo minta tolong nih kak buat jelasin rute dari bali ke jogja lewat darat gimna ya?? Naik apa aja kemana? Semoga kakak gk sibuk biar di balas. Thank you kak��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai,
      Rute dari Bali Ke Jogja lewat darat : Naik kapal feri dari pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Dari Pelabuhan Ketapang jalan kaki aja kurang lebih 10 menit ke stasiun kereta Banyuwangi Baru, dari situ kamu naik kereta tujuan Jogjakarta.

      Delete
    2. Jangan lupa sharing pengalamannya kalau ke Bali lewat darat seperti saya ya di komen ini atau bisa email, siapa tahu sudah lebih baik lagi!

      Delete
  2. Halo, kak
    Terima kasih udah sharing pengalaman yang berharga seperti ini. Panduan-panduan spt ini yang sangat dibutuhkan agar tau apa saja kendala yang kemungkinan terjadi di perjalanan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan lupa sharing pengalamannya kalau ke Bali lewat darat seperti saya ya di komen ini atau bisa email, siapa tahu sudah lebih baik lagi!

      Delete
  3. kak tiket wisata di Balinya kisaran brpaan ya? mahal gak sih kak, lbih mending tinggal di hostel apa guesthouse kak yg murah? rencana pgn ke Bali bln depan nii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tergantung wisatanya mau kemana.Kamu bisa cek di Airbnb.com, di situ ada banyak pilihan tempat penginapan yang bisa disesuaikan dengan budget. Thanks

      Delete
  4. Kak enakan naik bus apa kereta ya,bimbang nih..🤔

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau naik bus dari Jogja pasti menguras waktu dan tenaga, kalau naik kereta bisa mempersingkat waktu dan tidak terlalu capek. Kalau dari Jogja, enakan naik kereta sampai Banyuwangi lanjut nyebrang ke Gilimanuk dan naik bus lagi. Jangan lupa sharing pengalamannya kalau ke Bali lewat darat seperti saya ya di komen ini atau bisa email, siapa tahu sudah lebih baik lagi!

      Delete